Rabu, 11 Maret 2015

Khasan Ashari: Keterbatasan Buku Penunjang Studi Hubungan Internasional Memprihatinkan!

Meningkatnya interaksi lintas negara menyebabkan pemahaman publik tentang hubungan internasional atau international relations bergeser. Hubungan internasional tidak lagi hanya dilihat sebagai disiplin ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi atau sebagai aktivitas diplomasi antarpemerintah dengan pelaku dari kalangan terbatas. Dewasa ini hubungan internasional sudah dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Sifat hubungan internasional yang kompleks baik sebagai disiplin ilmu maupun fenomena sehari-hari melahirkan beragam konsep dan terminologi. Sebagian hanya digunakan secara terbatas dalam diskusi di kelas, bagian terbesar kerap muncul dalam pemberitaan media dan perbincangan sehari-hari. Pemahaman mengenai konsep dan terminologi tersebut berperan penting dalam membantu kita memahami fenomena hubungan internasional secara keseluruhan. Berangkat dari pemikiran tersebut serta keprihatinan terhadap masih terbatasnya buku-buku penunjang studi hubungan internasional dalam bahasa Indonesia, penulis memberanikan diri menyusun buku ini. 

Kamus Hubungan Internasional memuat lebih dari 1.350 konsep dan terminologi yang berkaitan dengan teori, sejarah, dan isu hubungan internasional serta sejarah dan praktik diplomasi, kebijakan luar negeri, hukum dan perjanjian internasional, dan organisasi internasional. Dalam proses penyusunan buku ini, penulis menjadikan literatur hubungan internasional sebagai rujukan dipadukan dengan pengalaman dalam dunia diplomasi selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir. Penjelasan setiap entri juga disusun dengan bahasa yang sederhana untuk memudahkan pembaca memahaminya.

Entri dalam kamus ini disajikan dalam bahasa aslinya sebagian besar dalam bahasa Inggris dengan dua pertimbangan. Pertama, tidak semua istilah dan terminologi memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yang diterima secara luas. Sebagai contoh, istilah coup d’état memiliki padanan kata kudeta namun detente yang secara literal berarti ‘mengendur’ tidak memiliki padanan kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Kedua, penggunaan bahasa asli dimaksudkan untuk menciptakan konsistensi serta menghindari kesalahan penerjemahan konsep dan terminologi yang justru akan menyulitkan pembaca dalam memahami konsep dan terminologi tersebut.

Buku ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan kebaikan banyak pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kolega di Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar/Perutusan Tetap Republik Indonesia di Wina, dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan atas saran dan masukan yang diberikan untuk perbaikan serta penyempurnaan buku ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Penerbit Nuansa Cendekia atas kepercayaan dan kerjasama yang baik, dari tahapan persiapan sampai dengan buku ini diterbitkan. 

Buku ini dapat hadir di hadapan pembaca juga karena perhatian dan pengertian istri dan anak-anak penulis selama empat tahun terakhir. Mereka sering kehilangan ‘family time’ pada akhir pekan karena keegoisan penulis untuk dapat menyelesaikan buku ini. Atas dasar tersebut, penulis mendedikasikan buku ini untuk mereka.

Proses penyusunan buku ini terasa istimewa karena diselesaikan pada saat penulis bertugas di kota Wina. Kota ini tidak hanya memiliki sejarah panjang sebagai salah satu tempat berkembangnya praktik diplomasi modern. Dewasa ini, Wina juga memiliki peran penting dalam hubungan internasional sebagai salah satu lokasi kantor organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Semoga Kamus Hubungan Internasional ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam memahami fenomena hubungan internasional yang pada satu sisi semakin sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari; namun pada sisi lain juga memiliki karakteristik yang semakin kompleks.

Khasan Ashari dalam buku "Kamus Hubungan Internasional" Penerbit Buku Nuansa Cendekia



0 komentar:

Posting Komentar