Senin, 24 November 2014

Dr. Marwah Daud Ibrahim, MA: Pendidikan Sebagai Kunci Utama Kemajuan

Bismillâhir-rahmânir-rahîm

SAYA menyambut baik buku tentang perlunya energi positif bagi guru serta berterimakasih atas undangan Mas Yusron Aminulloh untuk berbagi pengalaman. Alhamdulillah, meski saya sudah bersahabat sejak 1989—saat dia masih menjadi wartawan, tetapi baru tujuh tahun terakhir ini kami berinteraksi sangat intens, baik dalam berbagai kegiatan dalam konteks “Bangun Karakter Bangsa” termasuk di dalamnya berjumpa dengan para guru, widyaswara, maupun kegiatan lain yang memfokuskan pada kekuatan unggulan lokal.

Dan saya tahu, sejak awal 2009, Mas Yusron sangat intens bertemu dengan banyak guru, baik di Provinsi Riau, di Jawa Timur hingga NTB dan berbagai kota lainnya di Indonesia. Ini sesuai dengan tekadnya ketika mengikuti pelatihan MHMMD (Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan) yang kami kelola. Dia punya satu tekad mulia, yakni dalam 10 tahun ke depan ingin berjumpa dan bersilaturahmi dengan 100 ribu guru. Subhanallah, semua niat baik insya Allah dikabulkan-Nya. 

Langkah Mas Yusron dengan gerakannya “Menebar Energi Positif” (MEP) tentu seiring dengan langkah kami di MHMMD yang sudah sejak tahun 2002—dan tentu banyak lembaga lainnya —melakukan upaya kongkrit perubahan mindset, termasuk untuk para guru di Indonesia. Hal ini dikarenakan guru adalah salah satu agen perubahan yang terdepan. Di tangan merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan, karenanya pemahaman guru akan masa depan sangat penting, karena mereka “memegang” posisi kunci untuk mentransformasi nilai-nilai kemajuan kepada anak didiknya. 

Sebagaimana kita ketahui, bangsa ini adalah bangsa besar, penduduknya masuk dalam lima terbesar di dunia, serta kekayaan alamnya melimpah. Tetapi pertanyaannya adalah, kenapa masih banyak orang miskin, menganggur, termasuk jutaan pengangguran terdidik, bahkan sarjana? Mengapa Jepang, Korea Selatan dan Malaysia yang pada tahun 1957 hampir setara tingkat kemajuan ekonominya dengan Indonesia, tetapi setelah 50 tahun, pada tahun 2007, begitu jauh melampui kemajuan Indonesia?

Barangkali salah satu buku Who Prospers: How Culture Values Shape Ekonomic and Political Success karya Lawrence E. Harisson bisa menjadi salah satu referensi kita untuk memahami keindonesiaan kita sekarang. Lawrence, setelah melakukan studi empiris di berbagai negara, menyimpulkan bahwa kunci kemajuan suatu bangsa bukanlah kekayaan sumber daya alamnya, tetapi sumber daya manusianya. Juga bukan ditentukan oleh sistem politiknya, tetapi terutama ditentukan oleh nilai budaya (values) dan perilaku serta karakter positifnya.

Melalui studi di berbagai negara ditemukan bahwa kemajuan bangsa sangat terkait dengan nilai-nilai positif dan perilaku, serta karakter yang mendukung kemajuan. Antara lain adalah tingginya saling percaya dan kemampuan saling bekerjasama antarwarga (radius of trust), kepatuhan pada hukum, kehidupan sederhana pejabat, dan penghargaan tinggi pada pekerjaan. Kemajuan seseorang bukan berupa harapan pribadi, tetapi kewajiban kepada Pencipta dan bentuk pengabdian pada orangtua dan leluhur, serta keturunan. Kerja keras juga dinilai sebagai kehormatan dan akan mendapatkan balasan mulia. Pendidikan dinilai sebagai kunci utama untuk kemajuan. Disiplin, kebiasaan menabung dan pantang menyerah merupakan bagian dari nilai dan sikap hidup.

Realitas yang ditunjukkan Lawrence itu memperlihatkan betapa peran guru sangat dominan untuk melakukan perubahan mindset kepada anak didik, agar mereka kelak menjadi generasi yang memiliki radius of trust antarmereka. 

Maka, upaya peningkatan kapasitas guru wajib dilakukan, termasuk salah satunya lewat karya tulis berupa buku yang hari ini hadir di hadapan pembaca. Tentu ditunggu karya-karya yang lain dari banyak penulis yang lain, karena jutaan guru di negeri ini sangat membutuhkan referensi yang sangat banyak.

Akhirnya, saya sampaikan selamat atas terbitnya buku ini. Semoga Allah Swt mencatatnya sebagai amal ibadah kepada-Nya.[]

Jakarta, 9 Juni 2011
Marwah Daud Ibrahim
Pengurus Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Cendekiawan yang peduli pendidikan, salah satu penggagas dan peng­gerak tim Bangun Karakter Bangsa. Juga penggagas dan pendiri Training MHMMD (Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan) yang juga mentrainer ribuan guru di samping sejumlah BUMN, Pemda dan Pemprov di Indonesia.

Dalam buku "Mindset Pembelajaran: 10 Langkah Mendidik Siswa secara Kreatif dan Humanis" - Yusron Aminullah - Penerbit Buku Nuansa Cendekia

0 komentar:

Posting Komentar