Dulu, narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas manusia di berbagai negara. Tapi kini, narkoba telah menyebar dalam spektrum yang kian meluas. Pada era modern dan kapitalisme mutakhir, narkoba telah menjadi problem bagi umat manusia di berbagai belahan bumi. Narkoba yang bisa mengobrak-abrik nalar yang cerah, merusak jiwa dan raga, tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia.
Problem narkoba tak kalah gawat dengan kerusakan lingkungan, kekerasan endemik, dan wabah korupsi di berbagai negara belahan dunia. Untuk itu, telah lama dirintis kerjasama internasional untuk memberantas narkoba. Tapi, tampaknya tak mudah melakukannya. Bisnis narkoba merupakan lahan menggiurkan, bahkan mengalahkan reputasi bisnis di sektor lain.
Tidak mengherankan jika jaringan bisnis narkotika internasional—yang dikomandoi para mafioso garda depan—masih saja merajalela, dan mungkin akan terus merajalela. Dari narkotika, seseorang sangat mudah mendapatkan uang dan meraih harta. Dari narkotika, seseorang bisa berubah menjadi kaya raya. Sindikat narkoba yang ada di berbagai belahan dunia seringkali menjadi “negara” di dalam negara.
Siapakah yang tidak bertekuk lutut di bawah kendali ekonomi, harta, dan materi yang dimiliki dan dijanjikan oleh jaringan narkoba? Politikus? Tokoh masayarakat? Aparat Keamanan? Penegak Hukum? Agamawan? Jika segepok uang ada di tangan, semuanya akan beres, bukan? Apalagi di negara super-korup seperti Indonesia, di mana para penjahat dan bandit “berdasi” mersimaharajalela.
Para produsen narkoba pun mudah bekerjasama dengan para koruptor. Narkoba dan korupsi adalah problem sangat serius, yang jika tidak ditangani dengan baik, maka bukan tidak mungkin akan mengancam hari depan bangsa ini.
Bukankah mayoritas para pemakai dan pengedar narkoba di Indonesia adalah generasi muda? Bukankah investigasi terbaru di awal tahun 2004 dari Badan Narkotika Nasional mengatakan bahwa tidak ada satu pun provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia yang bebas dari penyalahgunaan dan peredaran narkoba?
Digerakkan oleh rasa prihatin yang mendalam tentang hari depan umat manusia—khususnya Indonesia—buku sederhana ini mencoba menawarkan beberapa alternatif di sekitar wacana narkoba. Tidak sekadar mengurai apa itu narkoba dan pernak-perniknya, tapi lebih dari itu, buku ini mengingatkan secara serius tentang bahaya narkoba bagi anak bangsa.
Dari sana lantas mendesak diupayakan soal bagaimana cara mencegah, mengatasi, dan melawan narkoba yang makin merajalela. Tak kalah pentingnya diuraikan juga bagaimana cara melakukan terapi terhadap penderita narkoba, yang dari hari ke hari kian memprihatinkan dan makin bertambah jumlahnya.
Saya juga menyertakan sebuah terjemahan dari buku kecil mengenai alkohol. Mengapa terjemahan ini kami masukkan? Narkoba dan alkohol adalah setali tiga uang. Dua barang yang menggiurkan secara finansial ini, sekali lagi, menjadi musuh utama manusia. Keduanya sama-sama merusak kehidupan fisik maupun spiritual.
Buku tentang narkoba memang telah cukup banyak beredar di pasaran. Namun, buku ini setidaknya ingin menghadirkan wacana narkoba secara lebih padat, bernas, gamblang, dan sederhana. Publik kita tampaknya sangat memerlukan tulisan tentang narkoba yang mudah dicerna dan sebisa mungkin inspiratif. Mudah-mudahan buku ini bisa memenuhinya.
Marilah kita lawan narkoba—dan hal-hal lain yang mengancam masa depan bangsa—saat ini juga. Dengan Cinta. Salam.•
Majalengka, 16 Februari 2004
M. Arief Hakim, Dalam buku "Narkoba Bahaya dan Penanggulangannya" Penerbit Buku Nuansa Cendekia
0 komentar:
Posting Komentar