Sabtu, 15 November 2014

Kemakmuran Materi Tidak Membuat Seseorang Ba­hagia

Bismillâhirrahmânirrahîm

Kebahagiaan adalah sebuah kata yang terdengar indah, yang mewakili suatu suasana hati dan keadaan jiwa yang nyaman dan tenteram, yang detailnya memang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tak heran jika semua orang, laki-laki dan perempuan, anak muda dan orang tua, orang miskin dan orang kaya, selalu mendambakannya. Namun, setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang wujud lahiriah dari kebahagiaan itu, dan persepsi inilah yang menentukan langkah apa yang akan ditempuh untuk meraihnya.

Umumnya, orang memandang bahwa kebahagiaan adalah hidup dengan kekayaan yang berlimpah, sehingga semua keinginan bisa terpenuhi. Akibatnya, tak jarang orang yang berusaha mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya agar hidupnya menjadi bahagia tanpa peduli apa pun cara yang ditempuhnya, halal ataupun haram.

Namun, fakta dalam kehidupan menunjukkan bahwa kemakmuran materi tidak selalu membuat seseorang ba­hagia, dan tidak membuatnya merasa puas. Kebahagiaan dengan materi yang diangankannya hanya dirasakan pada saat materi itu didapatkan. Setelah itu, ia akan merasa bosan dan mencari lagi materi yang lain. Demikian seterusnya, seperti mengejar fatamorgana. Maka benarlah apa kata Imam Ali Ra, “Kesenangan duniawi bagai fatamorgana.”
Maka kemudian, Islam datang dengan membawa resep manjur bagi siapa saja yang mendambakan kebahagiaan. Menurut agama yang hanif ini, untuk meraih kebahagiaan tidak butuh harta berlimpah, dan bahkan tidak memerlukan materi duniawi, tetapi memang perlu latihan dan perjuangan. Dalam ajarannya, kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri; kita hanya perlu mengolah dan mengelolanya. Memang, tidak selalu mudah mengelola sikap dan hati kita; kadang kita merasakan sulit, tapi itu tak lama, dan kadang juga kita merasakan pahit, tapi setelah itu kita akan merasakan manisnya, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Buku ini—insyâ Allâh—akan membimbing Anda dalam bagaimana mengolah dan mengelola jiwa, hati, sikap dan perilaku untuk meraih kebahagiaan yang hakiki. Tentu, kebahagiaan yang dimaksud adalah dalam segala hal: keluarga, rumah tangga, pergaulan, pekerjaan, hubungan antarsesama, kehidupan masyarakat, dan—tentu saja, yang terpenting dari semua itu—kehidupan di akhirat kelak.

Dalam buku ini, Anda akan menemukan banyak ilustrasi yang unik dan menarik berupa kisah-kisah, cerita-cerita dan anekdot-anekdot, serta pengalaman orang-orang yang telah meraih kesuksesan, yang memberi Anda inspirasi dan pelajaran berharga. Semua itu akan membuka cakrawala Anda dalam memandang dan menapaki kehidupan ini dengan cara yang benar dan bermakna.

Bahan-bahan dasar buku ini dipetik dari www.ezsoftech.com, lalu diracik dan diramu sedemikian rupa, ditambah beberapa penyelarasan dan penyesuaian di sana sini, maka jadilah sebuah buku seperti yang tersaji di hadapan pembaca ini. Mudah-mudahan, dengan membacanya, buku ini dapat mengantarkan Anda meraih kebahagiaan yang Anda dambakan. Dan semoga Allah Swt menilai buku ini sebagai khidmat seorang hamba-Nya kepada sesamanya, dan menjadikannya sebuah amal jariah. âmîn.

Rabbanâ taqabbal minnâ innaka antas-samî‘ul-‘alîm.

Irwan Kurniawan M. Ag., dalam buku "Manisnya Kopi Asin: Merajut Hati, Meraih Kebahagiaan Hakiki" Penerbit Buku Nuansa Cendekia


0 komentar:

Posting Komentar