Kamis, 20 November 2014

Keramat dan Fitnah












Oleh: KH. Abdul Ghofur Maimoen

ونبلوكم بالشر والخير فتنة

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).” QS. Al-Anbiya/ 21: 35.

Ada sejumlah orang yang tetap kukuh imannya meski mendapat cobaan kesusahan, tapi boleh jadi mereka akan menipis imannya tatkala mendapatkan musibah kenikmatan; Saat mereka hidup pas-pasan ibadah dan amal salehnya luar biasa, kemudian saat dia mendapatkan rizki melimpah tiba-tiba saja hidupnya keluar dari jalur yang benar. Sebaliknya, terdapat sejumlah orang yang jalan hidupnya lurus dan istiqamah tatkala dalam kecukupan, dan segera menurun kualitas keimanannya begitu mendapatkans musibah.

Dan bagi banyak orang yang sangat saleh, seringkali ujian itu justru terletak pada perjumpaannya dengan anugerah-anugerah Allah yang luar biasa. Itulah kenapa banyak para nabi dan guru-guru waskita menghindarinya demi menjauh dari fitnah-fitnah yang boleh jadi tak tertanggungkan.
Kaum Quraisy pernah melakukan “studi banding” antara Muhammad dan dua nabi besar sebelumnya, Musa dan Isa. Mereka mendatangi Yahudi, dan mengajukan pertanyaan:

“Dengan apa Musa mengenalkan diri sebagai Nabi?”
“(Dengan) tongkatnya, dan tangannya memerak menyilaukan mata yang memandangnya” jawab Yahudi.
Lalu Quraisy mendatangi umat Nasrani.
“Bagaimana dahulu Isa?”
“Dia menyembuhkan orang buta dan penderita kusta, dia (juga) menghidupkan orang mati.”
Mereka kemudian mendatangi Muhammad yang mereka anggap sebagai manusia biasa-biasa saja. Tak ada kemukjizatan fisik atau yang kasat mata, yang menyertai kenabiannya. Oleh karena itu mereka mengajukan semacam gugatan.
“Mintalah kepada Tuhanmu agar mengubah bukit shafa menjadi bukit emas. Dan kami akan iman kepada engaku!”
“Benarkah kalian akan iman jika itu terjadi?”
 “Iya!”
Maka Nabi pun berdoa. Namun jibril segera turun menyela:
“Tuhanmu mengirimkan salam untuk dirimu. Dan Dia bertitah:”
“Jika engkau menginginkan maka bukit Shofa akan menjadi emas. Lalu siapa pun dari mereka mengufurinya maka akan Aku siksa dengan siksaan yang belum pernah Aku hukumkan kepada seorang pun dari seru sekalian alam. Dan jika engkau menginginkan maka akan Aku bukakan bagi mereka pintu-pintu taubat dan rahmat.”
Muhammad Menjawab:
“Wahai Tuhanku, (berikanlah bagi mereka) pintu taubat dan rahmat.”

Mukjizat, begitu juga karamah, adalah salah satu ujian (fitnah) terbesar. Mereka yang tak sanggup mensyukurinya akan segera merasakan akibatnya. Berkali-kali Nabi Muhammad diminta untuk mengeluarkan mukjizat alam yang kasat mata, dan berkali-kali Nabi menolak. Bagi Muhammad, alam semesta adalah mukjizat itu sendiri bagi mereka yang berakal.

إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب 
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” QS. Ali Imrah/ 3: 190.

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang sangat dekat dengan Allah SWT. Dalam hidupnya hampir tidak pernah absen melaksanakan salat malam. Pada suatu hari dalam sebuah perjalanan, dia mengahampiri masjid untuk melaksanakan salat malam. Dia mengulurkan timba ke dalam sumur untuk mengambil air wudhu. Akan tetapi keajaiban datang, ketika timba dia angkat isinya bukan air tetapi permata.

“Subhanallah! Apa gerangan ini?”
Ia ulurkan kembali tali timba ke dalam sumur. Doanya lirih:
“Hamba menginginkan air untuk wudhu dan salat, bukan intan permata yang hanya menghalanginya dari salat dan dzikir.”

Timba dia angkat, dan kembali keajaiban itu datang. Timba berisi intan permata, bukan air.

“Wahai Tuhanku, hamba ini menginginkan air untuk wudhu dan salatnya, bukan intan permata yang menghalangi salat dan dzikir kepada Engkau” doanya kembali dengan sangat hati-hati.

Ia pun memasukkan kembali timba ke dalam sumur. Dan untuk ketiga kalinya, timba itu berisi permata ketika dia angkat. Maka doanya berkali-kali sambil mengulurkan tali:

“Belas kasihanilah hamba-Mu ini Ya Allah ..  hamba-Mu ini meminta dari Engkau air agar Engkau berkenan membimbingya beribadah dan bertahajjud.  Ia meminta pertolongan dari-Mu maka berikanlah pertolongan dengan air yang thahuur untuk berwudhu.”

Untuk kali yang ke empat ini, dia menimba air yang betul-betul jernih, yang tidak saja menyegarkan badan tetapi lebih dari itu menyegarkan batin. Dia bersuci dan menghadap kepada Tuhannya dengan sepenuh kebeningan.

Wallaahu a'lam bish-shawaab.

0 komentar:

Posting Komentar