Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya (Pengertian pendidikan, Bab I, 1(1) Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003). Inilah misi pendidikan yang lahir dari reformasi 1998, yang mengukuhkan secara ideologis prinsip demokrasi, otonomi dan keadilan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Ideologi tersebut menjadi dasar hukum bagi perubahan paradigma pendidikan, dari pengajaran ke pembelajaran.
Menurut sosiolog Peter L. Berger (1966), pada hakikatnya manusia memproduksi dirinya sendiri melalui pengalaman dalam realitas sosial. Satu bagian hakiki dari potensi manusia adalah hasrat, sebagai tanda bahwa manusia merasakan kekurangan yang menuntut untuk dipenuhi. Watak manusia inilah yang menjadi dasar ide pelibatan peserta didik pada proses pembelajaran aktif. Buku ini diharapkan memberi kekuatan intelektual dalam kemampuan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran aktif menurut pengertian pendidikan yang baru.
Kontradiksi antara paradigma pengajaran dengan paradigma pembelajaran merupakan pengalaman saya sepanjang hidup sebagai guru. Beruntunglah saya mengalami pelatihan di PII, bekerja di LP3ES dan berkegiatan di LSM yang memberikan pengalaman sebagai pemandu latihan, kontak dengan pikiran Paulo Freire, David McClelland, John Dewey dan lain-lain yang memperkaya intelektual. Reformasi pendidikan bagi saya, merupakan pemenuhan obsesi saya untuk mengakhiri kontradiksi, menegakkan prinsip pembelajaran siswa aktif. Tetapi visi baru ini tidak serentak menjadi aksi. Ritual “Guru Mengajar Murid Mendengar” tak tergoyahkan dan masih terus dipraktikan. Hasrat mewujudkan visi menjadi aksi ingin diwujudkan dengan buku ini.
Buku ini merupakan pengembangan dari buku pertama Belajar dari Pengalaman yang ditulis bersama-sama Mansour Fakih, Roem Topatimasang, Jimly Asshiddiqie, Russ Dilts (kepada mereka saya ucapkan terimakasih). Buku ini memuat 35 model pembelajaran, tetapi tidak dimaksudkan sebagai buku manual tindakan kelas bagi guru, tetapi lebih diharapkan memberi inspirasi untuk kreatif. Guru bukan sebagai operator, tetapi diharapkan menjadi kreator yang memotivasi peserta didik di dalam kelas.
Dalam perjalanan lebih lanjut, saya bertemu dengan guru-guru kreatif: Retno Listyarti, S.Pd., M.Si. (SMAN 13 Jakarta), Basyarudin M.Pd. dan Agus Rahim, S.Pd. (SMA Plus PGRI Cibinong), Lendo Novo (Sekolah Alam), Baharudin (Qoriyah Toyibah, Salatiga), Ir. Ridwan Hasan Saputra, M.Si. (Klinik Pendidikan MIPA), Wismiarti (Al-Falah), J. Jasmine Jasin (SD Gemala Ananda) dan orang-orang yang melengkapi kekayaan pengalaman saya sekaligus menunjukkan bahwa perubahan paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran bukan sesuatu yang mustahil untuk dilaksanakan, tetapi mudah untuk dilakukan.
Sadar akan tanggungjawab mewujudkan pendidikan bermutu, yakin akan kebenaran ideologi pendidikan yang membebaskan, memahami teori pendidikan dari pengalaman demokrasi dan penghargaan hak asasi peserta didik menjadi kepercayaan saya untuk mengunduhnya menjadi buku ini. Pada semua yang saya sebut namanya di atas dan kepada mahasiswa Universitas Paramadina, mahasiswa Universitas Islam As-Syafiiyah atau siapapun yang pernah bersentuhan dalam training dimana saya pernah menjadi pemandu, saya sampaikan terima kasih atas sambutannya yang positif, menjadi pendorong bagi saya, semangat berbeda. Dalam keadaan sakit, buku ini terwujud berkat dukungan Istri, Anak-anak serta Cucu-cucu tercinta. Juga bantuan Zaitun, dengan kesabaran dan kesadaran kritis Sarjana Filsafat, menuliskan pikiran saya. Terimakasih, semoga Allah Swt melimpahkan kemahamurahan-Nya. Amin.
Buku ini dan cinta saya pada dunia pendidikan saya persembahkan.
Utomo Dananjaya, dalam buku "Media Pembelajaran Aktif" Penerbit Buku Nuansa Cendekia
0 komentar:
Posting Komentar