Senin, 17 November 2014

Mortimer J. Adler: Seharusnya Anda Meraih Manfaat Hebat dari Bacaan!

How to Read a Book pertama kali dipublikasikan pada bulan-bulan pertama tahun 1940. Secara mengejutkan, dan saya akui, secara menggembirakan, dia langsung menjadi sebuah buku laris dan tetap berada di puncak buku-buku laris nasional selama lebih dari satu tahun. Sejak 1940, buku ini terus disebar-luaskan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk buku bersampul tebal maupun yang bersampul tipis, dan buku ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa—Prancis, Swedia, Jerman, Spanyol, dan Italia. Lalu, mengapa ada upaya untuk merevisi dan menulis ulang buku ini untuk generasi pembaca masa kini?
Alasannya adalah karena perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat Amerika selama tiga puluh tahun terakhir, dan di dalam subyek itu sendiri.

Saat ini, semakin banyak wanita dan pria muda yang menyelesaikan SMA, mendaftar dan menyelesaikan empat tahun pendidikan di perguruan tinggi; semakin banyak warga yang melek huruf meskipun, atau bahkan ketika, radio dan televisi telah menjadi semakin populer. Telah terjadi perubahan minat dari membaca buku-buku fiksi ke buku-buku non-fiksi.

Para pendidik negara ini telah menyadari bahwa mengajari anak-anak untuk membaca, membaca dalam arti yang paling mendasar, adalah masalah pendidikan yang sangat penting. Sekretaris Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan (Amerika Serikat) saat ini, yang menetapkan dekade tujuhpuluhan sebagai Dasawarsa Membaca, mengalokasikan dana-dana pemerintah federal untuk mendukung beragam upaya untuk meningkatkan keterampilan dalam keahlian dasar ini, dan banyak dari upaya tersebut telah sangat berhasil sampai pada tingkatan di mana anak-anak mulai diajari tentang seni membaca. Selain itu, banyak orang dewasa yang tertarik oleh janji-janji menggiurkan yang ditawarkan oleh kursus-kursus membaca cepat—janji-janji untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang mereka baca, dan kecepatan dalam membacanya.

Akan tetapi, beberapa hal tetap tidak berubah selama tigapuluh tahun terakhir. Satu hal yang tidak berubah adalah, bahwa untuk mencapai semua tujuan membaca tersebut dibutuhkan keahlian untuk membaca hal-hal yang berbeda dengan kecepatan berbeda —namun tepat; tidak semua harus dibaca secepat mungkin. Seperti yang dikatakan Paskal tiga ratus tahun yang lalu, “Jika kita membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, kita samasekali tidak memahami apa pun.” Karena semua orang tergila-gila untuk bisa membaca cepat, buku How to Read a Book edisi baru ini mengulas masalah ini dan menawarkan beberapa cara berbeda tentang membaca-secara-cepat sebagai sebuah solusi.

Tujuannya adalah mengajak semua orang untuk membaca dengan lebih baik, selalu lebih baik, walaupun kadang-kadang lebih lambat, dan kadang-kadang lebih cepat.
Beberapa hal, yang sayangnya, juga tidak berubah adalah kegagalan untuk membawa pelajaran membaca ke luar dari tingkat dasar. Hampir semua keahlian, uang dan upaya dihabiskan untuk mengajari murid-murid sekolah dasar kelas satu hingga kelas enam untuk membaca. Di luar itu, hanya sedikit pelatihan formal yang tersedia untuk membawa para siswa ke tingkat-tingkat keahlian yang lebih tinggi dan cukup signifikan. Itulah yang terjadi pada 1939 ketika Professor James Mursell dari Columbia University’s Teacher College (Sekolah Keguruan Universitas Columbia) menulis sebuah artikel berjudul “The Failure of the Schools” (Kegagalan Sekolah) di dalam buletin Atlantic Monthly. Yang beliau katakan saat itu, di dalam dua paragraf yang akan saya kutip di bawah ini, masih berlaku.

Apakah murid-murid di sekolah belajar membaca bahasa ibu mereka secara efektif? Ya dan tidak. Sampai kelas lima dan kelas enam, membaca, secara keseluruhan, diajarkan dan diterima secara efektif. Sampai tingkat tersebut, kami mengamati adanya peningkatan yang teratur dan menyeluruh, tapi setelah itu kurva-kurvanya menurun sampai menjadi datar (nol). Alasannya bukan karena seseorang telah mencapai batas efisiensi alamiahnya saat dia tiba di kelas enam, karena sudah sering terbukti bahwa dengan bimbingan khusus, anak-anak yang jauh lebih tua, bahkan juga orang dewasa, dapat meraih kemajuan yang pesat. Bukan juga berarti bahwa kebanyakan murid kelas enam bisa membaca secara cukup baik untuk semua tujuan praktis. Banyak murid yang prestasinya di sekolah menengah menjadi sangat buruk karena mereka tidak mampu memahami sebuah tulisan. Mereka bisa meningkat; mereka perlu ditingkatkan, tapi mereka tidak melakukannya.
Rata-rata lulusan sekolah menengah sudah cukup banyak membaca, dan jika dia melanjutkan pendidikan ke akademi, dia akan membaca lebih banyak lagi; tapi kemungkinan dia akan menjadi seorang pembaca yang buruk dan tidak kompeten. (Ingat, bahwa ini memang terjadi pada kebanyakan murid, bukan pada orang yang telah mengikuti kursus khusus untuk meningkatkan kemampuannya). Dia dapat memahami sebuah buku fiksi yang sederhana, dan menikmatinya. Akan tetapi, mintalah dia untuk membaca sebuah eksposisi, sebuah argumen yang diungkapkan secara ringkas dan padat, sebuah paragraf yang membutuhkan pemikiran kritis, dan dia tidak memahaminya.
Sudah terbukti, misalnya, bahwa rata-rata murid sekolah menengah secara mengejutkan tidak mampu mengenali permasalahan sentral dari sebuah paragraf, atau membuat urutan tentang hal-hal penting dalam sebuah argumen atau eksposisi. Betapa pun besarnya niat dan upaya yang sudah dilakukan, dia tetap seorang pembaca kelas enam sekolah dasar sampai dia masuk ke perguruan tinggi.

 Jika tiga puluh tahun yang lalu buku How to Read a Book merupakan sebuah kebutuhan, seperti yang diindikasikan oleh luasnya apresiasi masyarakat terhadap edisi pertama buku ini, kebutuhan itu telah menjadi semakin besar saat ini. Namun, merespons kebutuhan yang lebih besar itu bukan satu-satunya, atau dalam hal ini, bukan motif utama mengapa saya menulis-ulang buku ini.

Munculnya pemahaman-pemahaman baru tentang permasalahan-permasalahan yang terkait dengan membaca; analisis yang lebih komprehensif dan tertata tentang seni membaca yang kompleks; diterapkannya secara fleksibel aturan-aturan dasar untuk berbagai bentuk kegiatan membaca, bahkan untuk setiap bentuk bahan bacaan; ditemukannya dan dirumuskannya aturan-aturan baru tentang membaca; dan tercetusnya gagasan tentang piramida buku yang perlu dibaca, yang melebar di bagian dasar dan mengerucut di bagian puncak—semua hal tersebut, yang tidak dibahas secara lengkap atau samasekali tidak dibahas di dalam buku yang saya tulis tiga puluh tahun yang lalu, menuntut penjelasan secara lengkap dan penulisan ulang yang menyeluruh, yang sekarang telah dilakukan dan sedang dipublikasikan.


Di tahun yang sama saat buku How to Read a Book di­publikasikan, muncul sebuah parodi berjudul ‘How to Read Two Books’,  dan Professor I.A. Richards menulis sebuah naskah ilmiah berjudul ‘How to read a Page’. Saya menyebutkan keduanya secara berurutan untuk menunjukkan bahwa permasalahan-permasalahan yang terkait dengan aktivitas membaca seperti yang dibahas di dalam keduanya, baik yang berbentuk parodi maupun tulisan yang ilmiah, sudah dijawab secara tuntas di dalam buku yang ditulis ulang ini, terutama permasalahan yang terkait dengan cara membaca buku-buku yang saling terkait dan dibaca dengan cara tertentu, sehingga hal-hal yang saling menunjang dan bertentangan tentang satu subyek yang sama dapat dipahami secara jelas.

Beberapa alasan mengapa buku How to Read a Book ditulis ulang adalah karena di dalam edisi ini saya mengulas tentang seni membaca dan perlunya tingkat-tingkat keahlian lebih tinggi dalam seni ini, yang tidak disentuh atau dibahas di dalam versi pertama buku ini. Siapa pun yang ingin mengetahui apa saja yang sudah ditambahkan dapat dengan cepat membandingkan Daftar Isi edisi ini dengan Daftar Isi dari edisi awal. Dari empat bagian, hanya Bagian Dua, berisi uraian detail tentang aturan-aturan Membaca secara Analitis, yang hampir menyerupai edisi asli, bahkan bagian itu pun sebagian besar sudah ditulis ulang. Bab Pendahuluan di Bagian Pertama, yaitu tentang empat tingkatan membaca—yaitu, dasar, cepat dan sistematis, analitis, dan sintopikal—adalah perubahan mendasar dan penting terhadap organisasi dan isi buku. Eksposisi di Bab Tiga yaitu tentang pendekatan-pendekatan dalam membaca bahan-bahan yang berbeda—buku-buku praktis maupun teoretis, karya-karya sastra yang imajinatif (lirik-lirik puisi, epik, novel, sandiwara), sejarah, sains dan matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan filsafat, dan buku-buku referensi, naskah jurnalisme masa kini, dan bahkan iklan—adalah tambahan yang terbesar yang dibuat. Yang terakhir, pembahasan tentang Membaca secara Sintopikal di Bagian Empat adalah topik yang benar-benar baru.

Di dalam pemutakhiran, pemodelan dan penulisan ulang buku ini, saya dibantu oleh Charles van Doren, yang selama bertahun-tahun telah menjadi rekan saya di the Institute for Philosophical Research. Kami sudah bekerjasama dalam menulis buku-buku lain, yang layak dicatat adalah Annals of America, dipublikasikan oleh Encyclopedia Britannica, Inc., pada 1969. Yang barangkali lebih relevan dari kerjasama saat ini ketika kami sama-sama bertindak sebagai penulis-pembantu adalah delapan tahun terakhir, ketika Charles van Doren dan saya bersama-sama menggagas kelompok-kelompok diskusi untuk membahas tentang buku-buku yang baik dan menjadi moderator dalam beberapa seminar untuk para eksekutif di Chicago, San Francisco, dan Aspen. Berkat pengalaman tersebut, kami memperoleh banyak wawasan baru yang kemudian dituangkan di dalam menulis-ulang buku ini.

Saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Tuan Van Doren atas kontribusinya dalam upaya bersama ini; dan kami berdua sama-sama mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas semua kritik yang konstruktif, bimbingan, dan bantuan teman kami Arthur L.H. Rubin, yang telah membujuk kami untuk menyisipkan beberapa perubahan penting yang membedakan buku ini dari pendahulunya dan menjadikannya, itu harapan kami, sebuah buku yang lebih baik dan lebih bermanfaat.

Mortimer J. Adler
Boca Grande 26 Maret, 1972

Dari buku Meraih Kecerdasan; Bagaimana Seharusnya Anda Meraih Manfaat Hebat dari Bacaan? Penerbit Buku Nuansa Cendekia



0 komentar:

Posting Komentar